Senja Bulan Mei
Senja masih bisu. Mereka seperti tak ingin terpisah. Lalu pria itu menyeka airmata di wajah wanita di sampingnya.
Pria: Bagaimana caramu mengingatku suatu nanti?
Wanita: Aku akan berjalan di trotoar, menyusuri lelorong sunyi sampai aku mengerti apa yang membuatmu menangis
Pria: Bagaimana caramu merindukanku suatu nanti?
Wanita: Aku akan berdiri halaman, menatap bulan hingga aku yakin bahwa kau masih di bawah langit yang sama.
Pria: Bagaimana caramu mencintaiku?
Wanita: Aku mencintaimu seperti aku belajar menghargai waktu. Seperti kenangan, ia hanya lahir dari sebuah ingatan.
Senja pun berlalu. Dari jauh, Pekanbaru tak pernah henti melahirkan kenangan.
Angin Bulan Mei
Angin bulan Mei masih basah. Daun-daun mengering. Rerumput perlahan ranggas. Namun sejak itulah aku tak bisa melupakanmu. Tentang sentuhan; tentang pelukan yang mengingatkanku akan harum lumpur tanah.
Angin Mei sudah entah berapa kali berganti. Seperti rindu di peraduan, pernahkah ia singgah di sela mimpimu?
Sekali waktu di awal Mei, aku pernah lahir seperti kunang-kunang. Kau berselendang biru. jauh sebelum malam meringkuk di ujung shubuh. Seperti kesatria di malam yang buta, cahaya matamu lebih sendu dari lagu mana pun.
Aku tak pernah lagi menyisir hari di rambutmu. Seperti kenangan, setiap cinta tak pernah akhir di namamu. Mengapa selalu saja aku yang terperangkap di tubuh kesatria yang sial?
Dan seperti penyair yang menyelam di kedalaman rindu, tak kan pernah tuntas aku merajut kata di dalam nama-namaMu.
Sumber : http://dunia-panas.blogspot.com/2010/12/senja-dan-angin-bulan-mei-joke.html